Senin, 30 Mei 2011

Yaman Terancam Perang Saudara

SANAA-Kekacauan politik di Yaman semakin menjadi. BBC melansir, Yaman makin dekat dengan perang saudara. Salah satu pemicu makin panasnya situasi Yaman adalah ledakan yang menewaskan 28 orang di Sanaa, (26/05) kemarin. Pemerintah Yaman menyebut, ledakan terjadi pada gudang amunisi. Di lain pihak, kalangan oposisi menyatakan ledakan tersebut terjadi pada gedung yang digunakan oleh sebagai markas pengikut Sheik Sadeq al-Ahmar, pemimpin lokal Yaman oleh roket militer pasukan pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh. Akibat insiden ini, desakan kalangan oposisi agar Saleh mundur dari jabatannya semakin kencang.


Mereka mengingatkan, jika Saleh masih ngotot bertahan di kursi kekuasaannya, perang saudara bukan tidak mungkin akan terjadi. Sejak Senin (16/05) lalu, sedikitnya sudah 109 orang tewas akibat bentrokan antara kalangan oposisi dan pasukan pemerintah di ibukota Yaman, Sanaa. Kekisruhan politik Yaman dengan korban jiwa semakin menyulut protes keras dan memantik benih pemberontakan kepada Presiden Saleh yang sudah 32 tahun berkuasa. Meningginya tensi politik dan kemungkinan pecah perang langsung direspons oleh kalangan diplomat di Yaman. Kemarin, Amerika Serikat memutuskan untuk menarik staf diplomatik mereka beserta keluarga dari Yaman. Selama ini Sheik Sadeq al-Ahmar dikenal sebagai salah satu pemimpin lokal yang sangat disegani.

Dia adalah pemimpin suku terbesar dan terkuat di Yaman dengan julukan Hashid. Dua bulan lalu, Hashid menyatakan sikap berseberangan dengan Presiden Saleh namun tetap menahan pasukan terlatihnya dari kontak senjata dengan militer pemerintah. Senin lalu, pasukan al-Ahmar mulai terlibat kontak senjata setelah militer Yaman merangsek masuk ke markasnya di Sanaa. Aksi militer tersebut dijawab dengan penyanderaan sembilan menteri pemerintahan Yaman oleh pasukan al-Ahmar. Penyanderaan mendapat respons operasi militer dari pemerintah. Kemarin, militer Yaman menghujani markas al Ahmar dengan mortar dan roket. Gedung stasin televisi mili al Ahmar ikut menjadi target operasi yang dilengkapi dengan serangan udara tersebut.


Pemerintah Yaman juga mulai melakukan penangkapan kepada pengikut al Ahmar dan kelompok-kelompok kesukuan lainnya. Kepada Associated Press melalui sambungan telepon, al Ahmar menyebut Saleh tengah menyeret Yaman dalam perang saudara. ’’Dia yang memulai perang ini. Mereka (militer Yaman) menyerang rumah-rumah kami. Bukan kami yang memulai serangan. Orang ini (Saleh) sama sekali tidak memberikan kebaikan bagi Yaman Presiden Saleh sebelumnya kembali menegaskan dirinya tidak akan mundur dari jabatannya dan membiarkan Yamanb menjadi negara gagal. ’’Saya tidak akan mundur dan tidak akan meninggalkan Taman. Saya tidak menerima perintah dari luat,’’ kata Saleh dalam pernyataan yang dibacakan juru bicaranya. Saleh menyebut, jika dia meninggalkan Yaman, bukan tidak mungkin negara itu akan menjadi surga bagi Al Qaeda.