Mereka mengingatkan, jika Saleh masih ngotot bertahan di kursi kekuasaannya, perang saudara bukan tidak mungkin akan terjadi. Sejak Senin (16/05) lalu, sedikitnya sudah 109 orang tewas akibat bentrokan antara kalangan oposisi dan pasukan pemerintah di ibukota Yaman, Sanaa. Kekisruhan politik Yaman dengan korban jiwa semakin menyulut protes keras dan memantik benih pemberontakan kepada Presiden Saleh yang sudah 32 tahun berkuasa. Meningginya tensi politik dan kemungkinan pecah perang langsung direspons oleh kalangan diplomat di Yaman. Kemarin, Amerika Serikat memutuskan untuk menarik staf diplomatik mereka beserta keluarga dari Yaman. Selama ini Sheik Sadeq al-Ahmar dikenal sebagai salah satu pemimpin lokal yang sangat disegani.
Dia adalah pemimpin suku terbesar dan terkuat di Yaman dengan julukan Hashid. Dua bulan lalu, Hashid menyatakan sikap berseberangan dengan Presiden Saleh namun tetap menahan pasukan terlatihnya dari kontak senjata dengan militer pemerintah. Senin lalu, pasukan al-Ahmar mulai terlibat kontak senjata setelah militer Yaman merangsek masuk ke markasnya di Sanaa. Aksi militer tersebut dijawab dengan penyanderaan sembilan menteri pemerintahan Yaman oleh pasukan al-Ahmar. Penyanderaan mendapat respons operasi militer dari pemerintah. Kemarin, militer Yaman menghujani markas al Ahmar dengan mortar dan roket. Gedung stasin televisi mili al Ahmar ikut menjadi target operasi yang dilengkapi dengan serangan udara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar